Posts Tagged ‘indonesia

31
Oct
10

indonesia production note #2: the development

To continue my last post, now I’ll tell you how I developed the ideas and theme that I already had in mind for my film. Now, in my opinion, this is the hardest part, because on one side if I didn’t manage to develop the idea and how to convey it to the audience, then I’ll be screwed, because this film will just be a deep fried bullshit. But on the other hand, this is also a fun part because I get to study and really absorb my influences, learn how the great directors narrated their idea through the lenses.

I quickly listed all the directors that I really loved, and soon I was watching some of their works. I went to the library and grab a copy of Alejandro Jodorowsky’s “El Topo” and watched it there, while taking notes of events and technical stuff that occured on that movie. Still hungry for more influence, I bought Tarsim Singh’s “The Cell” and David Lynch’s “Mulholland Drive”, watched them and analyzed them slowly. I didn’t pick these movies by accident, because I knew that these movies have the elements that I want in my film, weird visual, weird storyline and non-linear storytelling. The only reason why I grabbed them is because I wanted to learn how these elements are applied correctly in films.

Around that time, I was also pretty much influenced by the minimalist drone metal work of musician such as Sunn O))), Earth and Boris. I really love how the minimalistic elements in their music works, and I’ve been a fan of them for several years now. Subsequently, I also learned that experimental films are like music, they have motif and variations, motion in screens also have that degree of rhythm. Now if we speak of these slow, minimalistic drone music, then the motif and variations becomes something really highly valued. The music is so slow and repetitive that a single small variation can give a lot effects. I thought that this would be a nice element of the film to have.

So to put everything together, here’s what I did. I wrote all the things that I wanted to say, and then I roughly mapped those things into different scenes, so that every scenes will have different meanings. I already had one thing on my mind that this film will be filled with different weird and symbolic scenes, so I’ll try to follow that rule while making the rough storyboard. While making those scenes on my head, I keep on referencing the note gathered from watching the aforementioned movies. To create the sequences tempo of those scenes, I put the drone-metal influence on the table, making series of movement in my head.

The exhausting process of development came to an end when I finally set the 9 pictures I will have on my storyboard.

30
Oct
10

Indonesia Production Note #1: The Theme

So after I proudly finished my first ever film, I figured that this would be the perfect time to write about the production of this film, as a reflection for me and as a story for you dear readers. I’ll write these production notes in a sequence of articles, so bare with me as I start the first installment: the theme of the film.

One thing that I’ve learned from all the great movies that I’ve watched and all the artwork that I’ve encountered, is how much they are all influenced by social issue. As for me, I consider myself as a nationalist and I’ve always want to create an artwork that is socially conscious on one hand as well as political on the other hand. Well I never had that chance when I was in a band, the only closest thing with that was me writing some absurd lyric back when I was in high school.

With all that in mind, I think this would be the perfect timing to unleash my social-political view. A first time experience is always the purest thing upon creation of things. It’s a time where there’s a unique mix of curiosity, eagerness and fear. This is also a time to practice what I’ve learned from all the movies I’ve seen, and putting everything on the table.

So again, I’ve decided that this movie will be filled with my view of the current social-political condition of Indonesia. Specifically, I will highlight the conflict between people, the power of electronic media to the rise and fall of Indonesia. I have to address these several issue, because I’ve been so much bothered by these. When I formulated this theme, basically the headline of the Indonesia’s news is conflicts between these groups of people with no action whatsoever from the government. I was (and still) do think that the country has been diverted from the truth by the media, and as a citizen, we are forced to follow these view produced by the higher power (which is not God). Media never provided or suggested a solution to these conflicts, they just amplified it for everyday consumption of people. As a result, seeds of conflict inside the society are planted slowly and it’s just a matter of time before a bigger and bigger conflicts are to explode.

This is what bother me and I will not stay still. I will tell this story.

23
Oct
10

Indonesia

Film ini adalah pandangan saya terhadap konflik di negara tercinta. Konflik antar elemen masyarakat, bagaimana media elektronik mengarahkan opini publik dan apa yang mungkin terjadi kalau ini terus berlangsung. Film ini adalah bentuk kecintaan saya terhadap tanah air sekaligus bentuk paranoia saya seandainya negara saya ini runtuh. Film ini tentang Indonesia.

Sebagai karya film/video art pertama saya, tentu “Indonesia” menjadi sesuatu yang bersejarah. Ini pertama kalinya saya menjadi sutradara, ini pertama kalinya saya menjadi aktor dan ini pertama kalinya cita-cita saya membuat soundtrack untuk film tercapai. Semua menjadi tambah istimewa karena saya berekspiremen dengan menggunakan 3 layar untuk memproyeksikan film ini. Nampak menarik, karena dengan 3 layar ini saya bisa berimprovisasi dengan semua cuplikan video yang saya rekam. Musiknya juga merupakan musik yang saya dengar secara intensif selama beberapa bulan belakangan, drone metal. Pengaruh dari Sunn O))) dan Earth benar-benar saya tumpahkan di sini, dan tentu tidak lupa, mistisme gamelan sebagai diferensiasi dari musik sejenis.

Hasilnya, bisa teman-teman nikmati sendiri di sini. Saran saya, silahkan interpretasikan sendiri apa yang teman-teman lihat, sebagaimana saya berimprovisasi dalam membuat, teman-teman juga bebas berimprovisasi sebagai pemirsa. Yang jelas, film ini penuh dengan simbol-simbol sehingga mungkin perlu beberapa kali melihat. Oh ya, kencangkan volume speaker komputer Anda, karena film ini lebih baik dinikmati dalam volume maksimum.

Selamat menyaksikan.

http://player.vimeo.com/video/16277851

Indonesia from Adityo Pratomo on Vimeo.

06
Jun
09

Manohara? Tidak Tidak Tidak

Oke, postingan ini mungkin akan terasa sedikit basi, tapi apapun itu, saya cuma ingin sekedar membagi pemikiran saya ke dunia maya, hehehe…

Seminggu ini, kasus Manohara benar-benar diekspos secara berlebihan oleh media massa lokal. Mulai dari koran, TV, tabloid, situs berita, semua memuat Manohara, entah di sampul, berita utama, atau di bagian lain selain bagian olahraga dan bisnis. Semua memberikan berita terbaru soal kasus yang sempat menghebohkan penduduk Indonesia ini. Jadi semakin heboh karena menyangkut penculikan, kekerasan seksual, kerajaan Malaysia (yang hubungan dengan negara ini juga sedang kurang baik) dan air mata ibu. Nggak heran kalau kasus ini jadi topik yang sangat disukai banyak orang sehingga media pun berlomba-lomba memberitakan gadis cantik ini.

Tapi terus terang saya tidak setuju kalau Manohara terus-menerus diberitakan. For instance, apa sih prestasinya dia sampai kita terus-menerus diberitakan? Kira-kira apa ya bedanya kasus dia dengan kasus ratusan anak gadis dari kampung yang diculik lantas dijadikan pelacur di negara lain? Lalu untuk apa dia dimunculkan di media massa dengan frekuensi pemberitaan yang tinggi itu? Ada nggak sih influens baik untuk yang menonton? Jangan-jangan nanti anak kecil yang nonton kalau sudah besar ingin diculik keluarga kerajaan negara lain cuma biar bisa masuk TV, hehe…

Coba kita bandingkan dengan prestasi anak muda lain yang umurnya sama dengan Manohara. Sejak beberapa tahun yang lalu, ada banyak sekali pelajar yang menjadi juara olimpiade sains, di level internasional. Salah satu cerita mungkin bisa dilihat di sini . Tapi tanpa perlu googling, bisa nggak kita menyebutkan nama pelajar hebat itu? Saya yakin banyak dari kita tidak akan bisa. Padahal, andai saja cerita-cerita sukses generasi muda ini bisa diberitakan dengan cukup sering, saya cukup yakin, banyak pelajar bisa terinspirasi untuk meningkatkan prestasinya, terutama di bidang akademis. Merasa tidak cukup pintar? Bagaimana kalau saya berikan link ini di mana diberitakan Indonesia menjuarai ASEAN Primary School Sport Olympiad. Prestasi-prestasi ini lah yang seharusnya diberitakan media massa.

Saya rasa kasihan itu wajar, tapi kalau terus-menerus kasihan terhadap 1 orang, itu namanya sudah jadi komoditas jualan. Negara ini masih negara dunia ketiga, masih berkembang, dan perkembangan itu bisa terhambat kalau generasi muda dibius cerita-cerita sedih terus-terusan. Berikanlah apresiasi terhadap mereka yang sudah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Sekaligus berikan cerita kepahlawanan kepada anak-anak muda yang butuh asupan inspirasi. Cukup sudah berita Manohara-nya.

13
Feb
08

Teknologi untuk Indonesia

Entah apa yang lagi merasuki saya, tiba-tiba beberapa waktu yang lalu saya punya pikiran seperti ini, “Kira-kira teknologi apa ya yang cocok buat dikuasai oleh Indonesia, jadi Indonesia bisa punya satu teknologi yang sangat dikuasai dalam rangka menyejahterakan masyarakatnya?”. Bukan tanpa sebab apa-apa lho kalau tiba-tiba saya berpikir seperti ini. Coba bayangkan setiap negara maju pasti punya teknologi – yang mesti tidak unik dikuasai oleh satu negara – yang amat dikuasainya hingga negara itu menjadi semacam rujukan teknologi bagi negara lain. Ya mungkin seperti Inggris dengan angkatan laut-nya, Jerman dengan angkatan darat-nyapada era Perang Dunia. Sudah kebayang kan?

Nah, tiba-tiba lagi saya langsung kepikiran Open Source. Kenapa? Mungkin ini berdasarkan pengalaman saya melihat keadaan sekitar. Dari hari ke hari, semua pekerjaan makin software-based. Mulai dari tugas kuliah yang berhubungan dengan rangkaian listrik, perancangan chip, simulasi berbagai macam hal sampai hobi saya membuat musik, semua bisa dilakukan di depan komputer dengan menggunakan software tertentu.  Teman-teman dari jurusan lain juga pasti bisa membayangkan betapa vitalnya kedudukan software bagi perkuliahan mereka. Hal lain yang juga menarik perhatian saya ialah hobi orang indonesia mengutak-atik apa yang sudah ada, bukan membuat sesuatu yang baru dari awal. Sebegitu populernya handphone di negara ini, ada yang pernah melihat ponsel murni buatan Indonesia? Pasti belum. Tapi ada yang pernah melihat ponsel rekannya diutak-atik sedemikian rupa? Pasti pernah, banyak lagi. Yang terakhir, saya lihat di Indonesia, belakangan ini ketertarikan terhadap IT cukup tinggi. Bukan pemandangan yang aneh apabila sesorang duduk di depan komputer atau laptopnya, menggunakan software segala macam, dan kemudian menjadi fasih berbicara mengenai OS terbaru, virus yang baru saja menyerangnya, kecepatan koneksi internet, atau bahakn sekedar mengadu hebat spesifikasi komputer dengan rekannya. Sadar atau tidak, IT sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sekarang. Fenomena ini pun sudah menjadi fenomena yang mengglobal, sehingga bisa dibayangkan negara yang memiliki sebuah keunggulan di bidang IT, pasti akan mampu bersaing dengan negara lain. Dan yang paling penting, masyarakat kita suka yang murah-murah, apalagi yang gratis. Ini mungkin tak butuh penjelasan lagi yah, silakan berkaca, hehe…

Ubuntu      fedora core 8

Keempat hal tadi membuat saya berpikir, apa mungkin jawaban atas pertanyaan saya tadi Open Source ya? Ia murah (bahkan gratis), mampu diutak-atik, dan kernelnya sudah tersedia,  dan ia cukup kuat untuk bisa membantu pekerjaan di setiap bidang. Jangan lupakan juga, belakangan ini software-software juga sudah lebih dapat diakses ornag awam, tampilannya makin user friendly dan kemampuannya juga makin handal. Selain itu, teknologi ini juga bisa dikatakan masih memiliki masa depan panjang dengan perkembangan yang pesat belakangan ini. Sayaingat ketika saya SMP atau SMA, teman-teman saya nggak ada yang melek Linux, boro-boro make, lihat bentuknya aja mungkin belum pernah. Referensi lokal mengenai Linux juga bisa dikatakan jarang, atau malah tidak ada. Tapi sekarang, wuih…kondisinya justru berubah. Kalau majalah sebesar Chip saja punya bagian khusus mengenai Linux dan FOSS di setiap penerbitannya, berarti Linux ini makin naik derajat bukan? Sekarang bayangkan kalau Indonesia mampu menguasai Open Source ini. Wah, pasti kita mampu bersaing dengan negara-negara lain yah. Dan saya lihat kemungkinan ke arah ini masih ada. Pemerintah sudah mengusahakan IGOS sebagai saran untuk memudahkan masyarakat mengakses teknologi Open Source. Selain itu, negara ini juga kaya akan programmer-programmer berbakat yang bisa diandalkan untuk mengembangkan teknologi ini. Kalau sekolah tinggi, institusi, maupun universitas yang memasang embel-embel “Teknologi Informasi” menjamur, berarti mustinya banyak kan orang yang mampu coding, hehe… Kalau dari segi konsumen, saya rasa awareness pasar terhadap Linux sudah ada, hanya mungkin yang belum ialaha pengalaman menggunakan Linux. Tidak apa, andai saja diadakan operasi pasar, membantu para konsumen yang ingin mencicipi Linux, saya rasa dukungan dari pasar juga bisa didapat.

Tulisan ini mungkin terasa agak ambisius, spekulatif dan segala macam. Tapi ya mungkin hanya pemikiran ini yang bsia saya sumbangkan untuk negara yang saya cintai ini. Pembuktian lebih lanjut mungkin diperlukan, dan saya sangat penasaran untuk membuktikan kebenaran tulisan ini 5-10 tahun ke depan. Sementara itu, biarkan saya bermain dengan Ubuntu saya 🙂

Cheers.

18
Jan
08

ribut..ribut..

Waw, kemarin saya menyalakan TV, setelah penat di kampus, saya rasa menonton TV akan menjadi pendingin otak yang sesuai. Setelah gonta-ganti channel, saya pun menemukan “siaran langsung babak 8 besar Liga Djarum Indonesia antara Persija melawan Persik” (bacanya musti dengan nada annoying salah satu komentator sepakbola lokal yah).

Tapi, sayang, bukannya adu skill yang saya saksikan, tapi justru ribut antara pemain PErsija, melawan wasit. Oh no… Penyebabnya, simpel, si Persija menolak gol Cristiano “El Loco” Gonzales,striker Persik, karena mereka anggap berbau pelanggaran. Ributnya cukup lama nih, sekitar 10 menit. Si kiper Persija, Yevgeny Khmaruk nagmbek, ga mau make sarung tangan kiper, si pelatih Persija Dubrovin cuma ngomong “no play, no  play” (mungkin maksudnya bukan main kali yah…) tapi si pemain persija menafsirkan sebagai, “ga usah main”.

Untung I.G.K. Manila turun tangan, pemain2 persija mau main, terus pertandingan jalan lagi deh… E, tapi ternyata pertandingan cuma dilanjutin sekitar 4 menit. Peluit panjang dibunyiin, pemain persija pada protes, nggak terima. Si Khmaruk langsung lari dari belakang, ngerangkul leher El Loco. Dorong2an antar pemain pun terjadi, hu…

Yang saya sesalkan, kapan sepakbola Indonesia mau maju coba kalo kerjaan orang cuma protes ama wasit, instead of berusaha mengejar ketinggalan, menyamakan kedudukan, atau memenagkan pertandingan.  Doyan banget sih nyalahin wasit. Pemain asing juga tuh, kerjaannya cuma cari ribut, kalo main kasar, skill nggak ada.. Kalau dilihat dari insiden kmarin, nampak jelas bahwa gara-garanya tuh orang asing. SI BP mah santai aja, padahal jelas dia kapten Persija, kapten kok ngga diturutin? kumaha maneh sir? Padahal, menurut saya justru pemain lokal tuh skill nya dah bagus, tinggal mungkin kerjasama perlu ditingkatkan. Saya nggak ngerti, tuh pemain asing didatengin dari mana sih? Apa dulunya preman, trus sengaja ke indonesia buat nyari cewe2 yang “housekeeper face 9tampang pembantu)”, atau cuma jualan narkoba? Oh crap..

Udah deh, liga indonesia batesin aja pemain luar, kalo bisa tiap klub cuma 3 gitu pemain asingnya. Jelas pemain lokal udah bagus, ngapain juga ngedatengin londo2 yang cuma bisa berulah, yeah..

 NURDIN HALID MUNDUR AJAH!




May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

ketinggalan sesuatu?

Blog Stats

  • 27,332 mari berhitung!